Saya kira di kota
ini cuma ada Borobudur, eh ternyata ada banyak museum.
Saya kira makanan
khasnya cuma kupat tahu, eh ternyata ada ketela pohong.
Saya kira main-main
hanya bisa di hatimu, eh ternyata di museum juga bisa main main.
Alhamdulillah, Di
saat (Bulan) Mei masih ada. Saya diberi waktu untuk menikmati sebuah perjalanan
lintas kota. Yang ini nggak jauh-jauh, sekedar ke Kota Magelang. Perjalanan
ini jelas bukan perjalanan pertama saya ke Kota Magelang, karena jauh sebelumnya saya sempat ke kota ini berkali kali-kali-kali-kali.
Jauh beda dari perjalanan-perjalanan
sebelumnya yang bisanya saya hanya pergi berdua bersamamu ke kota ini naik
motor sambil ketawa haha hihi, kali ini saya mencoba sebuah agen biro wisata
yang baru saja lahir dari semesta alam raya, bironya nggak ada merknya tapi
saya kenal orang-orangnya.
Dalam pelayanan
biro ini saya diantar ke Magelang dengan bis beroda enam. Menarik di sini saya
ditemani oleh seluruh pegawai bironya yang totalnya 4 tim sepakbola. Gregetkan?
Iya. Jarang jarang kita menemukan biro seperti ini yang mengorbankan seluruh
karyawannya hanya untuk melayani seorang wisatwan.
Dalam bus penuh
karyawan biro ini. Alhamdulillah saya mendapat posisi tempat duduk di samping
jendela bis. Lengkap sudah. Gumanku. Perjalanan akan semakin menarik, karena saya
yakin akan banyak sekali kenangan yang muncul sepanjang aspal yang kami lalui.
Likunya, tanjaknya, turunnya, hentinya, dan inilah waktu terbaik untuk saya memutar
kembali memori. Memori hp yang isinya lagu-lagu dangdut. Namun ternyata saya
tidak jadi memutar memori hp karena di bis cukup asyik, bisa haha hihi.
Perjalanan cukup
lama, bukan karena jaraknya tapi ternyata ada beberapa karyawan biro yang
tertinggal. Ya jadi harus menunggu. Sepanjang jalan, tak kurang dari separuh
karyawan, satu persatu menemani pendengaran saya dengan penjelasan-penjelasan,
tentang rute, tempat, ini itu.
Salah satu 'pegawai' biro sedang menjelaskan sesuatu yang menarik. |
Di jam yang saya
lupa. Akhirnya tiba di sebuah bangunan kuno yang ada di pusat kota Magelang. Ini
adalah tempat wisata pertama yang menjadi objek tujuan kita. Letaknya di
koordinat -7.473422, 110.214135. Namanya adalah Museum. Nama Lengkapnya Museum
BPK RI.
Setelah saya cari di google.com, saya baru tahu bahwa Museum merupakan institusi
permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara
melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan
memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan
kesenangan.
Ternyata masuk Museum
BPK RI itu sama seperti masuk di rumahmu. Awalnya memang takut mau ngapain gitu tapi lama-lama jadi betah #eaaa. Benar
benar sama seperti rumahmu, masuk di sini gratis dan di jamu dengan roti dan
minuman, bedanya yang buat rotinya bukan ibumu, itu saja.
Di museum ini
selain di jamu dengan roti dan minuman, juga suguhi oleh jejeran informasi yang sambung menyambung menjadi pengetahuan,
semuanya membahas mengenai seluk beluk BPK RI (Badan Pemeriksa Keuangan RI). Di
bangunan ini ada 8 ruangan yang memiliki tema berbeda beda mulai dari informasi
tentang apa itu BPK RI, sejarahnya, tugasnya, manusianya, hingga BPK RI masa
kini.
Sejatinya museum ini
dulunya merupakan kantor pertama BPK RI, sehingga pantas dari luar, bangunan museum
tapak kuno, tapi jangan salah sangka, karena di dalam museum desain interiornya
sangat modern.
Ini loh bangunan museumnya. kuno kan |
Dalam museum ini kita tidak hanya menemukan benda bersejarah,
namun juga ada kecanggihan teknologi sehingga ketika melihat koleksi, para
pengunjung seperti saya ini juga bisa menonton video, mencoba sejumlah
permainan edukatif bahkan teknologi hologram.
salah satu hal keren di museum BPK RI |
Seperti kamu,
Museum BPK RI itu cantik dan menarik.
Masih satu pagar
dengan museum BPK RI, di sebelah timur tepatnya ada satu Museum lagi, Nama
lengkapnya Museum Pengabdian Diponegoro. Museum Diponegoro
ini hanya sebatas satu kamar kecil yang berisi meja kursi bekas Pangeran
Diponegoro mengadakan rapat dengan van De cook, lalu Jubah, kendi, dipan bekas
beliau biasa gunakan sholat.
Yang menarik dari
penjelasan petugas adalah, ada satu kursi yang menjadi saksi ketika Pangeran
Diponegoro menahan marah saat diajak berunding dan dijebak oleh pihak Belanda.
Pangeran Diponegoro menahan marahnya dengan menggores bagian bawah kursi
menggunakan kukunya, dan bekasnya sampai sekarang masih terlihat. Tajam kan
kukunya pangeran Diponegoro.
Kursi yang digunakan untuk perundingan pangeran Diponegoro |
Selain Kursi ada juga jubah yang dipakai Pangeran Diponegoro saat berunding dengan Belanda. Dan pada saat
ditangkap jubah ini diberikan kepada putra menantunya, jubah ini terbuat dari
kain santung dari Tiongkok. Selain itu ada bale-bale yang dipaki untuk sholat pangeran Diponegoro
saat di Brangkal Gombong.
ini bungalow dan gunungnya |
Di depan museum ada bungalow dan juga ada beberapa rusa yang jalan-jalan
santai sambil makan rumput. Kata petugasnya, di halaman depan museum memang sering
dipakai untuk foto pra wedding, tapi kini sedang dipakai foto-foto pegawai biro
tadi. Memang sih pemandangan bagus. ketika kita berdiri di bungalow, sejauh mata memandang ada Gunung
Sumbing dan Merbabu. Tapi saya lebih suka duduk ketimbang berdiri toh dua
gunung itu masih kelihatan.
Itulah cerita saya kali ini. kesimpulannya main-main itu bisa juga di Museum.