Senin, 12 Juni 2017

Saya Kira

Saya kira di kota ini cuma ada Borobudur, eh ternyata ada banyak museum.
Saya kira makanan khasnya cuma kupat tahu, eh ternyata ada ketela pohong.
Saya kira main-main hanya bisa di hatimu, eh ternyata di museum juga bisa main main.

Alhamdulillah, Di saat (Bulan) Mei masih ada. Saya diberi waktu untuk menikmati sebuah perjalanan lintas kota. Yang ini nggak jauh-jauh, sekedar ke Kota Magelang. Perjalanan ini jelas bukan perjalanan pertama saya ke Kota Magelang, karena jauh sebelumnya saya sempat ke kota ini berkali kali-kali-kali-kali.

Jauh beda dari perjalanan-perjalanan sebelumnya yang bisanya saya hanya pergi berdua bersamamu ke kota ini naik motor sambil ketawa haha hihi, kali ini saya mencoba sebuah agen biro wisata yang baru saja lahir dari semesta alam raya, bironya nggak ada merknya tapi saya kenal orang-orangnya.

Dalam pelayanan biro ini saya diantar ke Magelang dengan bis beroda enam. Menarik di sini saya ditemani oleh seluruh pegawai bironya yang totalnya 4 tim sepakbola. Gregetkan? Iya. Jarang jarang kita menemukan biro seperti ini yang mengorbankan seluruh karyawannya hanya untuk melayani seorang wisatwan.

Dalam bus penuh karyawan biro ini. Alhamdulillah saya mendapat posisi tempat duduk di samping jendela bis. Lengkap sudah. Gumanku. Perjalanan akan semakin menarik, karena saya yakin akan banyak sekali kenangan yang muncul sepanjang aspal yang kami lalui. Likunya, tanjaknya, turunnya, hentinya, dan inilah waktu terbaik untuk saya memutar kembali memori. Memori hp yang isinya lagu-lagu dangdut. Namun ternyata saya tidak jadi memutar memori hp karena di bis cukup asyik, bisa haha hihi.

Perjalanan cukup lama, bukan karena jaraknya tapi ternyata ada beberapa karyawan biro yang tertinggal. Ya jadi harus menunggu. Sepanjang jalan, tak kurang dari separuh karyawan, satu persatu menemani pendengaran saya dengan penjelasan-penjelasan, tentang rute, tempat, ini itu.

Salah satu 'pegawai' biro sedang menjelaskan sesuatu yang menarik.


Di jam yang saya lupa. Akhirnya tiba di sebuah bangunan kuno yang ada di pusat kota Magelang. Ini adalah tempat wisata pertama yang menjadi objek tujuan kita. Letaknya di koordinat -7.473422, 110.214135. Namanya adalah Museum. Nama Lengkapnya Museum BPK RI.

Setelah saya cari di google.com, saya baru tahu bahwa Museum merupakan institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.

Ternyata masuk Museum BPK RI itu sama seperti masuk di rumahmu. Awalnya memang takut mau ngapain  gitu tapi lama-lama jadi betah #eaaa. Benar benar sama seperti rumahmu, masuk di sini gratis dan di jamu dengan roti dan minuman, bedanya yang buat rotinya bukan ibumu, itu saja.

Di museum ini selain di jamu dengan roti dan minuman, juga suguhi oleh  jejeran informasi  yang sambung menyambung menjadi pengetahuan, semuanya membahas mengenai seluk beluk BPK RI (Badan Pemeriksa Keuangan RI). Di bangunan ini ada 8 ruangan yang memiliki tema berbeda beda mulai dari informasi tentang apa itu BPK RI, sejarahnya, tugasnya, manusianya, hingga BPK RI masa kini.

Sejatinya museum ini dulunya merupakan kantor pertama BPK RI, sehingga pantas dari luar, bangunan museum tapak kuno, tapi jangan salah sangka, karena di dalam museum desain interiornya sangat modern.

Ini loh bangunan museumnya. kuno kan

Dalam museum ini  kita tidak hanya menemukan benda bersejarah, namun juga ada kecanggihan teknologi sehingga ketika melihat koleksi, para pengunjung seperti saya ini juga bisa menonton video, mencoba sejumlah permainan edukatif bahkan teknologi hologram.

salah satu hal keren di museum BPK RI

Seperti kamu, Museum BPK RI itu cantik dan menarik.

Masih satu pagar dengan museum BPK RI, di sebelah timur tepatnya ada satu Museum lagi, Nama lengkapnya Museum Pengabdian Diponegoro. Museum Diponegoro ini hanya sebatas satu kamar kecil yang berisi meja kursi bekas Pangeran Diponegoro mengadakan rapat dengan van De cook, lalu Jubah, kendi, dipan bekas beliau biasa gunakan sholat.

Yang menarik dari penjelasan petugas adalah, ada satu kursi yang menjadi saksi ketika Pangeran Diponegoro menahan marah saat diajak berunding dan dijebak oleh pihak Belanda. Pangeran Diponegoro menahan marahnya dengan menggores bagian bawah kursi menggunakan kukunya, dan bekasnya sampai sekarang masih terlihat. Tajam kan kukunya pangeran Diponegoro.

Kursi yang digunakan untuk perundingan pangeran Diponegoro


Selain Kursi ada juga jubah yang dipakai Pangeran Diponegoro saat berunding dengan Belanda. Dan pada saat ditangkap jubah ini diberikan kepada putra menantunya, jubah ini terbuat dari kain santung dari Tiongkok. Selain itu ada bale-bale yang dipaki untuk sholat pangeran Diponegoro saat di Brangkal Gombong.

ini bungalow dan gunungnya

Di depan museum ada bungalow dan juga ada beberapa rusa yang jalan-jalan santai sambil makan rumput. Kata petugasnya, di halaman depan museum memang sering dipakai untuk foto pra wedding, tapi kini sedang dipakai foto-foto pegawai biro tadi. Memang sih pemandangan bagus. ketika kita berdiri  di bungalow, sejauh mata memandang ada Gunung Sumbing dan Merbabu. Tapi saya lebih suka duduk ketimbang berdiri toh dua gunung itu masih kelihatan.


Itulah cerita saya kali ini. kesimpulannya main-main itu bisa juga di Museum.