Selama masa pemerintahan Inggris
di Jawa (1811-1816), Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles yang menjadi
Direktur perkumpulan ini memerintahkan pembangunan Gedung baru untuk digunakan
sebagi museum dan untuk ruang pertemuan di Jalan Majapahit Nomer 3. Sekarang di
tempat ini berdiri kompleks gedung sekretariat Negara, di dekat Istana
kepresidenan. Akhirnya pada Tahun 1862 pemerintah Hindia-Belanda memutuskan
untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang sekarang, yaitu Jalan
Medan Merdeka Barat No. 12. Museum ini sangat di kenal bagi masyarakat
Indonesia khususnya penduduk Jakarta mereka menyebutnya museum gajah karena di
bagian depan museum terdapat patung gajah berbahan perunggu yang merupakan
hadiah dari Raja Chulalongkorn dari Thailand yang pernah berkunjung ke Museum pada
tahun 1871.
Hingga saat ini koleksi yang
dikelola berjumlah 140.000 benda, terdiri atas 7 jenis koleksi
Untuk Koleksi arca sendiri di
Museum Nasional terletak di gedung B atau gedung arca. Di Gedung Arca koleksi
arca arca tesebar di taman arca dan juga bagian selasar gedung. Pada bagian
Taman Arca terdapat taman berumput hijau ini juga dipenuhi dengan arca-arca
berbagai bentuk dan ukuran, serta lumpang-lumpang kuno (yoni) yang terbuat dari
batu andesit. Salah satu yang mencolok di taman arca yakni arca Nandiswara yang
berbentuk lembu (sapi). Walaupun banyak sekali peninggalan berupa arca yang ada
di museum nasional Berdasarkan Pembagian Jenisnya secara umum Arca arca koleksi
museum nasional dibagi menjadi dua yaitu arca ganesha dan durga.
Museum Nasional memiliki cukup
banyak koleksi arca batu bermuka gajah atau ganesha. Arca-arca tersebut
tersebar di sejumlah tempat. Sebagian besar berada dalam sikap duduk
(kurmasana). Hanya dua buah yang bersikap berdiri (stanakha). Arca bermuka
gajah itu disebut Ganesha.
Di antara sejumlah arca Ganesha,
yang dianggap koleksi adikarya adalah arca yang berasal dari Candi Banon, Jawa
Tengah. Arca itu berasal dari abad ke-8, dengan tinggi sekitar 150 sentimeter.
Arca Ganesha tersebut terbuat
dari batu tunggal. Hasil pahatannya sangat halus dan detail sekali, sehingga
mengundang kekaguman para pakar sejarah kesenian dan masyarakat awam. Bahkan
mereka sering membelai atau mengelus belalai Ganesha. Tak lain maksudnya supaya
pintar karena Ganesha dikenal sebagai dewa ilmu pengetahuan. Ganesha adalah
anak Dewa Siwa. Dalam agama Hindu, Ganesha dianggap setengah manusia dan
setengah dewa.
Penggambaran Ganesha selalu
berbeda dalam bentuk, gaya seni, dan langgam. Namun ciri utama Ganesha tetap
sama, yakni memiliki belalai yang sedang mengisap isi mangkok dalam genggaman
tangan depannya.
Menurut mitologi, mangkok
tersebut berisi cairan ilmu pengetahuan yang tidak habis-habisnya walaupun
diisap terus-menerus olehnya. Hal inilah yang kemudian diidentikkan dengan ilmu
pengetahuan, yang tak pernah habis digali dan tak pernah henti digarap.
Ganesha juga dipuja sebagai dewa
penyingkir segala rintangan, baik gangguan gaib (magis) maupun gangguan fisik.
Ini karena Ganesha memiliki wahana atau kendaraan tunggangan berupa tikus
(musaka). Musaka merupakan simbol dari keangkuhan diri. Jadi diharapkan musaka itu
akan berperan sebagai pengendali dari keangkuhan seseorang.
Bahkan tikus dapat melewati
segala rintangan di lokasi mana pun, seperti di dalam rumah, sawah, dan
selokan. Begitu yang diharapkan dari Ganesha, karena gajah mampu mendobrak
segala pepohonan di hutan dengan tubuhnya yang gagah dan kuat. Pepohonan
diibaratkan berbagai masalah besar.
Selain arca ganesya arca yang
paling banyak di Musem Nasional adalah koleksi Arca durga. Arca durga merupakan
peninggalan dari Masa Kerajaan Hindu. Arca durga digambarkan berdiri di atas
kerbau. Bermahkota. Payudara menonjol (natural). Ciri lain yaitu Arca Dewi Durga memiliki banyak tangan, lebih
dari 8, 12 atau pada beberapa arca sampai dengan 16. . Arca Durga biasanya
diletakkan di relung sebelah utara candi Hindu.
Dalam mitologinya Dewi Durga
pembunuh mahisa (kerbau) yang penjelmaan asura (raksasa musuh para dewa yang
sering menyerang khayangan). Dewi Durga ditugaskan untuk menghalau asura. Asura
bisa menjelma jadi berbagai macam bentuk, misalnya gajah, singa, kerbau.
Sebelum muncul wujud aslinya, diwujudkan dengan mahisa (kerbau). Setelah mahisa
dibunuh ditombak dengan trisula, muncul wujud aslinya (asura). Menjelma
keluarnya dari ubun-ubun (kepala).
Sebagai dewi yang digambarkan
sedang berperang, Durga membawa senjata. Tangan atasnya membawa cakra dan yang
dibekali oleh dewa wisnu. Dia juga bawa pedang yang panjang dan busur panah
dengan mata panahnya. Tangan sebelah kanan depan menarik ekor dari kerbau
(mahisa yang sudah mati). Tangan kiri menjambak rambut asura. Tangan lainnya
bawa pitaka (perisai) dan Cangka, dibuat dari cangkang kerang pemberian Dewa
Wisnu. Durga digambarkan dalam adegan kemenangan setelah berhasil mengalahkan
asura yang berubah bentuk seperti kerbau yang sangat besar.